Selasa, 17 Mei 2011


IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR WARGA BELAJAR
LANGKAH AWAL PEMECAHAN MASALAH BELAJAR



Abstrak    : Prestasi belajar yang memuaskan akan dapat diraih oleh setiap warga belajar, jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada warga belajar tertentu ada yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya sendiri. Tetapi pada kasus-kasus tertentu tidak kurang warga belajar yang tidak dapat mengatasi kesulitan belajarnya, sehingga membutuhkan bantuan Pamong Belajar atau orang lain. Terhadap warga belajar yang mengalami kesulitan belajar, langkah-langkah yang dapat dilakukan; pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis, tratmen, dan evaluasi. Pengumpulan data adalah untuk mengidentifikasi kesulitan belajar warga belajar sebagai langkah awal mengatasi kesulitan belajar warga belajar.

Kata kunci : kesulitan belajar

            Gagasan utama Vygotsky, adalah hakekat sosiokultural belajar dan scoffolding (Slavin, 1994:49). Ia menemukan pentingnya lingkungan sosial budaya dalam belajar. Warga belajar belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman yang lebih mampu. Dari interaksi ini akan meningkatkan pengertian anak. Ia juga menekankan pentingnya scoffolding, artinya memberikan bantuan kepada warga belajar yang diperlukan (oleh Pamong Belajar), kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberi kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang lebih besar setelah ia mampu dapat berupa arahan, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, atau bentuk lain yang membantu warga belajar tumbuh mandiri.
            Agar semua warga belajar tumbuh dan berkembang sesuai yang diharapkan dari proses pendidikan, diupayakan tidak ada warga belajar yang mengalami kesulitan belajar. Tetapi kenyataannya dalam satu kelas ada beberapa warga belajar yang mengalami kesulitan belajar, untuk itu perlu dicari jalan keluar agar semua warga belajar dapat belajar dengan baik dan memiliki prestasi yang tinggi.

Pengertian Belajar
            Kata belajar sudah akrab kita dengar dan kita katakan, bahkan sudah merupakan kegiatan kita sehari-hari. Pengertian kata belajar itu sudahkah kita pahami, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar.
            Pengertian belajar menurut beberapa orang ahli mengemukakan rumusan yang berbeda-beda. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
            Menurut W.S. Winkel (2002:59) bahwa “belajar” pada manusia dirumuskan sebagai “suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan”.
            Slamento (2002) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
            Perubahan yang terjadi pada diri seorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam arti belajar. Slamento (2002) mengidentifikasi ada enam perubahan tingkah laku dalam penegrtian belajar, yaitu:
1. Perubahan terjadi secara sadar
2. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
3. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
            Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan baik fisik dan mental untuk memperoleh perubahan sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
            Hasil belajar yang dituju, boleh jadi merupakan kemampuan baru, atau merupakan penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan yang telah dimiliki. Perubahan-perubahan yang dihasilkan oleh belajar, meliputi hal-hal yang bersifat intern, seperti kemampuan dan sikap, serta mencakup hal-hal yang bersifat ektern seperti kemampuan motorik dan berbicara dalam bahasa asing. Yang bersifat intern tidak dapat langsung diamati sedangkan yang  bersifat ektern dapat diamati.

Pamong Belajar Harus Mengenai Warga belajarnya
            Salah satu tujuan pendidikan dan belajar adalah menolong warga belajar mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin. Warga belajar memandang sekolah sebagai tempat mencari sumber “bekal” untuk kehidupan yang akan datang. Orang tuapun memandang sekolah sebagai tempat dimana anaknya akan mengembangkan kemampuannya. Pemerintahpun berharap agar sekolah akan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga negara yang cakap dan berkualitas.
            Bimbingan merupakan sebagian dari proses belajar yang menolong anak dalam mengatasi masalah belajar. Tujuan bimbingan adalah untuk menolong anak didik dalam perkembangan seluruh kepribadian dan kemampuannya serta mengatasi masalah kesulitan belajarnya. Bimbingan ini akan dapat tercapai kalau Pamong Belajar telah mengenal warga belajar tersebut secara keseluruhan baik pribadi maupun potensi yang dimilikinya. Dengan kata lain agar dapat menolong warga belajar baik yang bermasalah maupun tidak, maka harus dikenal dulu segala aspek dan konteks (situasi) hidupnya. Tanpa pengenalan tidak mungkin dapat membantu warga belajar secara efektif.

Kesulitan Belajar
            Setiap warga belajar datang ke sekolah bertujuan untuk belajar agar menjadi orang yang berilmu, sehingga sebagian besar waktu mereka baik di rumah ataupun di sekolah digunakan untuk belajar.
            Prestasi belajar yang memuaskan akan dapat diraih oleh setiap anak, jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun ada beberapa warga belajar yang mengalami ancaman, hambatan dan gangguan sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada warga belajar tertentu ada yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya sendiri. Tetapi pada kasus-kasus tertentu tidak kurang warga belajar yang tidak dapat mengatasi kesulitan belajarnya, sehingga membutuhkan bantuan Pamong Belajar atau orang lain.
            Kesimpulannya yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana warga belajar atau anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.

Penyebab Kesulitan Belajar
            Banyak ahli mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang masing-masing. Sebelum membicarakan penyebab kesulitan belajar tersebut, kita lihat dulu macam-macam kesulitan belajar yang dialami warga belajar. Menurut Bahri Syaiful (2002:200) kesulitan belajar dapat diklasifiklasikan menjadi :
1. Dilihat dari kesulitan belajar
     - ada yang berat
     - ada yang ringan
2. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari
     - ada yang sebagian mata pelajaran
     - ada yang sifatnya sementara
3. Dilihat dari sifat kesulitannya
     - ada yang sifatnya menetap
     - ada yang sementara
4. Dilihat dari faktor penyebabnya
     - ada yang karena faktor intelegensi
     - ada yang karena faktor non intelegensi
     Sedangkan beberapa faktor penyebab kesulitan belajar menurut Muhibin Syah (2002:173) dapat dilihat dari dua aspek, yaitu faktor intern dan ekstern warga belajar.
1. Faktor intern warga belajar, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri warga belajar sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik warga belajar, yaitu:
     a. Faktor yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendah intelegensi warga belajar.
     b. Yang bersifat aektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi, dan sikap.
     c.  Yang bersifat psikomotor (ranah raa), seperti terganggungnya panca indra.
2. Faktor Ekstern warga belajar, yakni hal-hal yang datang dari luar diri warga belajar, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar warga belajar, yang meliputi antara lain:
     a. Lingkungan keluarga warga belajar, seperti: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, rendahnya ekonomi keluarga.
     b. Lingkungan pekampungan/masyarakat, seperti: seperti wilayah pekampungan kumuh, teman kampung yang nakal.
     c.  Lingkungan sekolah, kondisi dan situasi sekolah yang dekat pasar, Pamong Belajar yang tidak menarik, sumber belajar dan alat belajar yang rendah.
            Faktor-faktor kesulitan belajar di atas dikatakan bersifat umum, ada pula faktor-faktor kesulitan belajar lain yang dikatakan bersifat khusus. Di antara faktor-faktor yang bersifat khusus itu ialah sindrom psikologis yang berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom artinya satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar.
1. Disleksia (dylexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca,
2. Disgrafia (dysgrophia), yakni ketidakmampuan belajar menulis,
3. Diskalkulia (Dyscalculia), yakni ketidak mampuan belajar matematika.
            Akan tetapi warga belajar-warga belajar yang mengalami sindrom di atas sebenarnya mempunyai IQ yang normal, bahkan ada yang diatas rata-rata. Oleh karena kesulitan belajar khusus ini mungkin hanya disebabkan adanya minimal brain dysfungtion, yaitu gangguan ringan pada otak (Muhibin, 2002:174).

Mengenal Warga belajar yang Kesulitan Belajar
            Dijelaskan warga belajar yang mengalami kesulitan belajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh Pamong Belajar atau orang lain.
            Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar warga belajar menurut Djamarah (2000:212) dapat dilihat dari petunjuk sebagai berikut:
1.   Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, dibawah rata-rata temannya.
2.   Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.   Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar, tugas selalu selesai belakangan.
4.   menunjukkan sikap kurang wajar, misal acuh tak acuh, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.
5.   Bertingkah laku tidak seperti biasanya, misal pemurung, pemarah atau yang lain.
6.   Warga belajar yang ber IQ tinggi tetapi kenyataannya prestasinya rendah.
7.   Dalam pelajaran yang lainnya prestasinya tinggi, tetapi dalam pelajaran tertentu prestasi belajarnya turun drastis.
            Dari gejala yang disebutkan di atas Pamong Belajar dapat mengidentifikasi bahwa warga belajar tersebut mengalami kesulitan belajar. Dapat juga kesulitan belajar warga belajar diperoleh oleh Pamong Belajar tidak dari gejala-gejala di atas, tetapi Pamong Belajar melakukan tindakan-tindakan untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan belajar warga belajar.

Usaha Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar
            Terhadap warga belajar yang mengalami kesulitan belajar, langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengatasi hal tersebut agar keluar dari kesulitan itu, dan dapat belajar dengan baik dan tumbuh berkembang secara mandiri perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis, tratmen, dan evaluasi. Tahap-tahap ini akan dijelaskan berikut.

1. Pengumpulan Data
            Untuk memperoleh penyebab kesulitan belajar beberapa metode pengumpulan data dapat dilakukan (observasi, wawancara dan dokumentasi) terhadap obyek. Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan antara lain (kunjungan ke rumah, case study, case historis, daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak, meneliti tugas kelompok, melaksanakan tes IQ atau tes prestasi yang lain).
            Dengan metode dan kegiatan tersebut tujuan mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan data selengkap-lengkapnya.

2. Pengolahan Data
            Data yang telah berkumpul, diolah secara cermat, langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. identifikasi kasus, 2. membandingkan antar kasus, 3. membandingkan dengan hasil tes, 4. menarik kesimpulan.

3. Diagnosis
            Diganosis merupakan keputusan (penentuan) dari hasil pengolahan data, sehingga diagnosis dapat berupa:
a. Jenis kesulitan belajar (berat atau ringan) dan tingkat kesulitan warga belajar.
b. Keputusan faktor-faktor yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c. Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebabnya.
Untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan perlu minta bantuan tenaga ahli dalam bidang masing-masing, disertai dengan kecermatan dan ketelitian yang tinggi.

4. Prognosis
            Keputusan yang diambil berdasarkan diagnosa menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada warga belajar yang sedang bermasalah.

5. Treatment
            Treatment adalah pelakuan, yaitu pemberian bantuan kepada siswa yang menalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatmen yang mungkin dapat dilakukan adalah :
a. Melalui bimbingan belajar individual.
b. Melalui bimbingan belajar kelompok.
c. Melalui remidial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
d. Melalui bimbingan orang tua di rumah.
e. Memberi bimbingan pribadi tenatng masalah psikologis.
f.   Memberi penjelasan cara belajar yang baik secara umum.
g.  Membimbing belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.

6. Evaluasi
            Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan untuk membawa siswa keluar dari masalah kesulitan belajar, atau mungkin terjadi kegagalan. Bila treatmen gagal harus diulang sampai siswa dapat keluar dari kesulitan belajarnya.

Kesimpulan
            Berdasarkan uraian artikel kami di atas ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu:
1. Belajar pada dasarnya suatu proses pisik dan mental yang dilakukan untuk memperoleh perubahan sebagai hasil pengalaman diri sendiri hasil interaksi dengan lingkungan untuk pengembangan diri si pebelajar.
2. Agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal dalam belajar maka sangat perlu situasi dan kondisi yang kondusif. Kenyataannya tidak semua demikian ada beberapa siswa yang dikatakan mengalami kesulitan belajar. Yang dimaksud kesulitan belajar adalah, suatu kondisi dimana siswa tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
3. Penyebab masalah ini dari dalam diri siswa (intern) atau faktor di luar diri siswa (ekstern), serta dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis kesulitan belajar.
4. Untuk keluar dari masalah kesulitan belajar Pamong Belajar atau orang lain harus memberi bantuan kepada siswa dengan metode-metode dan langkah-langkah pemecahan belajar siswa dan beberapa alternatif pemecahannya.


DAFTAR RUJUKAN

Abdurahman, M. 199. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineke Cipta.

Djamari, Syaiful, Bahri. 2002. Psikologis Belajar. Jakarta: Rineke Cipta

Munandar, Utami (Ed). 2001. Bungah Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Slavin, Roberet E., 2000, Educational Psykologi: Theory and Poratice. Boston: Allyn and Bocan.

Slameto. 2002. Belajar dan faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soemanto, Wasty. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineke Cipta.

Syah, Muhibin. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosa Karya.

Winkel, W.S. 2002. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar